Satu. Dua. Tiga.
Sent by DiGi from my BlackBerry® Smartphone
16.1.11
Kispen 50: Perisai
"Dinda." Sultan Semuatahu jengkang-jengkot tinggalkan kamar. Luka di pahanya masih belum sembuh. "Ada pun mata kanda ini ungkal, enggan lena."
Permaisuri Gembak Ribuwarna singkap gebar sutera lantas suami yang banyak putih dikit hitam rambutnya didampingi segera.
"Mari kanda, biar dinda dodoi. Bahkan maklum benar dinda akan masyghul hati kanda tiada lain hanyasanya runtun hiba dan kecewa pada Bendahara Pipi Kembung yang berlaku derhaka."
"Mari kanda, biar dinda dodoi. Bahkan maklum benar dinda akan masyghul hati kanda tiada lain hanyasanya runtun hiba dan kecewa pada Bendahara Pipi Kembung yang berlaku derhaka."
"Tidak. Tidak. Akan hal si anjing itu sudah lama kanda buang jauh-jauh dari ingatan." Sultan Semuatahu buang pandang di jendela.
"Maka apakah gerangannya usul punca sugul durja yang tak kunjung padam ini, kanda?"
Langgan:
Catatan (Atom)